Opini  

Mengenal Haji Rasyid, Crazy Rich Kalimantan Tengah

Satupena – Sekawanbaru.com- Sebelumnya saya sudah kenalkan crazy rich dari Kalimantan Selatan, Haji Isam. Sekarang, giliran crazy rich dari Kalimantan Tengah (Kalteng). Masih satu daratan dengan saya, wak. Tetanggaan malah. Kekayaannya juga sungguh luar biasa banyak. Namanya Haji Rasyid, masuk dalam jejeran Sembilan Haji yang akan menggantikan Sembila Naga. Yok, kita kenalan sambil seruput kopi liberika.

Di sebuah kota yang mungkin tak terdeteksi radar impian banyak orang, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, lahirlah sosok yang mengoyak batas-batas kenormalan sukses. Namanya Haji Abdul Rasyid AS. Ia bukan sekadar pengusaha. Ia adalah metafora berjalan tentang bagaimana manusia bisa menjinakkan dunia, dengan sawit di tangan kanan dan kepedulian sosial di tangan kiri. Bayangkan, dalam waktu nyaris 25 tahun, pria ini membangun imperium bisnis lintas sektor. Mulai dari perkebunan sawit seluas 115.000 hektar, pelayaran, perhotelan, bank, hingga peternakan. Kalau ikam berpikir multi-tasking itu cuma urusan Zoom meeting sambil makan siang, silakan duduk dan simak bagaimana seorang Haji Rasyid memutar dunia.

Ia adalah pemilik PT Sawit Sumbermas Sarana (SSMS), dan mengendalikan Citra Borneo Indah Group (CBI Group). Pada 2018, Forbes memperkirakan kekayaannya mencapai Rp9 triliun. Angka yang bagi sebagian orang terdengar seperti kode cheat dalam permainan SimCity, tapi bagi Haji Rasyid, itu hanya hasil dari konsistensi, kerja keras, dan kemampuan melihat peluang di balik daun kelapa sawit.

Namun kehebatannya tidak berhenti pada menghitung angka nol di rekening. Ketika COVID-19 mengguncang dunia, ia tak lari ke bunker emas atau pulau pribadi. Lewat Abdul Rasyid Foundation, ia turun tangan: menyediakan alat kesehatan, membantu tenaga medis, dan memastikan solidaritas tetap hidup. Ramadan pun menjadi panggung kasih sayangnya, zakat dan bantuan sosial mengalir ke 14 kabupaten di Kalteng, seolah ia berkata, “Jangan hanya tumbuhkan sawit, tumbuhkan juga harapan.”

Kegilaannya pada pembangunan bukan hanya ekonomi. Ia juga membakar semangat generasi muda dengan memberi bonus pada atlet Kalteng yang berprestasi di PON Papua. Karena menurutnya, keringat atlet adalah investasi jangka panjang, bukan hanya tontonan musiman. Ketika dunia bisnis terasa membosankan, ia dengan tenang muncul dalam rombongan Prabowo Subianto bertemu Bill Gates. Bukan sebagai penonton, tapi sebagai pemain. Di ruangan tempat miliarder dunia berkumpul, Haji Rasyid duduk, mendengar, dan pastinya berbicara.

Dari Pangkalan Bun, ia mengoperasikan tujuh anak perusahaan di sektor sawit dengan nama-nama yang terdengar seperti pasukan elite: PT Kalimantan Sawit Abadi, PT Menteng Kencana Mas, dan lainnya. Bukan untuk gaya-gayaan. Tapi karena ia paham, untuk menggerakkan dunia, nuan butuh lebih dari satu tangan, ente butuh sistem, struktur, dan visi yang tak mudah runtuh oleh zaman.

Haji Abdul Rasyid AS adalah bukti bahwa ikam tidak perlu lahir di New York atau Tokyo untuk jadi legenda. Cukup dengan keyakinan, kerja keras, dan sedikit gila dalam berpikir besar, nuan bisa membuat dunia menoleh. Jika you sedang menyeruput kopi sambil meratapi tagihan listrik, ingatlah, di sudut Kalimantan, ada seseorang yang pernah punya mimpi, dan menjadikannya kenyataan, dengan sawit, strategi, dan sepotong hati yang tak pernah lupa berbagi.

Tak banyak orang seperti Haji Rasyid. Kaya tapi dermawan. Pekerja keras tapi suka berbagi.
Bergelimang harta, tapi tidak lupa membagikan kambing kurban dan masker medis. Kalau dunia ini penuh orang seperti beliau, tidak ada lagi orang miskin di negeri ini.

Terinspirasilah. Tapi jangan hanya terinspirasi. Bertindaklah. Karena jika Haji Rasyid bisa membangun imperium bisnis dari Pangkalan Bun, Anda pun bisa membangun masa depan dari mana saja, bahkan dari warung kopi.

camanewak

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *